Jumat, 12 September 2014

ASAL-USUL BARONG KET



Prabu Yudistira yang berpermaisurikan Kunti adalah raja yang dihormati di Bali. Beliau memiliki putera yang tampan, pintar, dan berbudi luhur bernama Sadewa. Suatu kali permaisuri berperilaku aneh. Sadewa yang beranjak dewasa, melihat ibunya sering menggigil ketakutan langsung menanyakan penyebabnya. Jawaban sang ibunda dan sang ayahanda tidak memuaskan Sadewa, namun ia diam saja. Ketentraman rakyat Bali berubah sejak banyak orang tiba-tiba kerasukan setan, panas dingin, terkapar, dan mati dengan busa yang keluar dari mulut. Prabu Yudistira, Sadewa, punggawa, pembesar kerajaan, dan tabib sakti merundingkan pemecahan hal itu di balai permusyawaratan. Permaisuri di saat yang sama mengunci diri di kamar sambil mengenang saat dirinya sakit sewaktu mengandung Sadewa. Tak ada yang dapat menyembuhkannya, hingga pada suatu saat datang tabib sakti bernama Randa yang dapat mengusir roh jahat penyebab sakitnya permaisuri dan Randa meminta janin yang dikandung Kunti sebagai upahnya. Kunti berjanji menyerahkan puteranya setelah dewasa.
Hari itu gerimis turun dari tengah hari hingga malama. Randa yang tinggal di dalam gua yang menyeramkan sedang menyerahkan ilmu hitam di depan pedupaan. Di gua itu, Randa hidup bersama Kalika yang sudah dianggap puteri sendiri. Menyadari turun gerimis dari siang hari, Randa menyelidiki ke balai permusyawaratan apakah Yudistira hendak menghalangi ilmu hitamnya. Kunti yang geram pada ulah Randa, datang ke balai permusyawaratan dan mengatakan bahwa Randalah penyebab petaka itu. Yudistira yang mengetahui hal itu berencana menyerbu Randa di gua Lawa.
Setelah mengetahui rencana Yudistira, Randa melepas jiwanya dari raganya dan merasuki Kunti yang sedang memeluk Sadewa. Tiba-tiba Kunti menyerang Sadewa, Yudistira dan pengawal-pengawal istana. Kunti yang kerasukan membawa Sadewa yang telah tak sadarkan diri, melesat di gelapnya malam. Namun tak berapa lama, Kunti diketemukan pingsan di pekarangan istana dengan kondisi yang lemah. Sementara Sadewa tidak diketahui keberadaannya. Sadewa tersadar saat dibawa terbang oleh Randa, kemudian tubuhnya dikat pada pohon beringin. Ternyata Randa hendak mempersembahkan Sadewa kepada penguasa kegelapan yang memberinya ilmu gaib. Randa ingin agar Kalika juga melihat Sadewa dibunuh, maka dijemputnyalah sang keponakan. Sadewa hanya dapat memohon perlindungan pada Sang Hyang Widhi.
Sang Syaiwa Penguasa Bumi mendengar ratapan Sadewa dan kemudian menjelma menjadi sekuntum bunga putih yang tersemat di telinga Sadewa. Randa akhirnya kembali dan membawa Kalika. Saat Randa menghantamkan tongkat ke kepala Sadewa, tongkat pun hancur. Randa terpental dan muntah darah. Kalika kenudian menyerang Sadewa bagai hendak merobek dada Sadewa. Anehnya, tali yang mengikat Sadewa saja yang putus. Setelah terbebas dari ikatan, terjadi pertarungan antara Sadewa dan Kalika. Sadewa yang dilindungi Syaiwa menjadi kuat dan Kalika terdesak. Randa kemudian merasuki Kalika sehingga kini Sadewa yang kewalahan. Sadewa memohon bantuan Syaiwa untuk melawan Kalika.
Syaiwa memanggil Barong untuk menolong Sadewa. Barong adalah lambang kebenaran dan kesucian walaupun rupanya menyeramkan. Randa yang telah menjelma menjadi burung garuda besar, kembali bertarung dengan Sadewa dan Barong. Barong akhirnya dapat mengisap Randa masuk ke tubuhnya. Burung garuda telah musnah, tetapi roh Randa keluar dari tubuh garuda dan kembali ke wujud aslinya. Randa dapat mencekik Barong dan Sadewa melemparkan sekuntum bunga putih ciptaan Sang Syaiwa. Randa yang terkena bunga tersebut kemudian terbakar dan menghilang menjadi asap. Asap itu menjelma menjadi raja kera dan ribuan prajuritnya. Raja kera dan Sadewa bertempur, sedangkan prajurit kera menyerang rumah rakyat. Rakyat membunuh prajurit kera dengan keris, namun Randa menghidupkannya kembali, ketika dibunuh lagi, roh prajurit kera merasuki tubuh pembunuhnya. Rakyat yang kerasukan menusuki diri mereka, namun anehnya badan mereka kebal. Sadewa dan Barong juga menjadi aneh, Barong mencakar dan menggigit dirinya sendiri. Sadewa menikam tubuhnya sendiri. Kemudian datanglah pendeta sakti yang memohon pada Sang Hyang Widhi. Semua orang sadar kembali. Randa merasakan panas yang membakar tubuhnya dari tubuh pendeta sakti. Barong dan Randa kembali bertarung dan terus berperang selama dunia masih ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar