Rabu, 10 September 2014

DEWA GANESHA



 

Suatu hari Dewi Parwati ingin mandi, maka dia panggil pengawal, tapi pengawal sedang tidak ada. Lalu dia panggil anak laki-lakinya yang ternyata juga sedang pergi. Akhirnya dipanggilnya anak angkatnya yang bernama Ganesha. Lalu dia berpesan: “Ganesha Kau jaga pintu di depan rumah, Ibu mau mandi, jangan biarkan seorangpun juga memasuki rumah ini ketika ibu sedang mandi”. Ganesha si anak angkat yang patuh itu pun mengangguk dan duduk berjaga di depan pintu. Tak lama kemudian ketika Dewi Parwati sedang mandi, kebetulan Bhatara Siwa (Dewa Siwa) datang dan hendak memasuki rumah. Ganesha, sesuai perintah ibu angkatnya tentu saja tidak mengizinkan.
Bhatara Siwa lalu marah, “Kenapa saya tidak boleh memasuki rumah ini?”.
Ganesha menjawab: “Ibu sedang mandi, dan beliau berpesan agar saya tidak mengizinkan satu orang pun memasuki rumah ini ketika beliau sedang mandi”.
Bhatara Siwa bertambah marah: “ Saya akan memasuki rumah ini, tidak boleh ada yang melarang!”.
Ganesha tetap menghambat, sehingga Bhatara Siwa makin marah. Ia lalu menghunus senjatanya sambil bertanya:”Kamu tahu siapa saya?”
Ganesha dengan tenang menjawab: “TIDAK”. Karena dia memang tidak tahu.
Kemarahan Bhatara Siwa mencapai puncaknya, ia berseru: “Saya adalah Bhatara Siwa, yang punya rumah ini!” Lalu dengan sekali tebas, kepala Ganesha sudah terlepas kena pancungan Bhatara Shiwa.
Ketika Dewi Parwati selesai mandi dan mengetahui apa yang terjadi, ia marah kepada Bhatara Siwa. “Kamu sadar bahwa kamu telah membunuh seorang anak yang tidak bersalah? Dia melarang itu hanya karena menuruti perintah saya”. Bhatara Siwa terdiam, lalu Dewi Parwati memberi ultimatum bahwa Ganesha harus dihidupkan kembali.
Menurut kepercayaan mereka waktu itu, Kalau ada orang meninggal karena terpancung, dan jika ada orang lain yang ‘pertama’ lewat disekitar itu lalu diambil kepalanya (dengan cara dipancung juga) kemudian kepala orang kedua dipasangkan ke badan orang yang pertama, maka orang yang pertama tadi bisa hidup kembali. Maka Bhatara Shiwa lalu menyuruh semua pengawal berpencar di sekitar rumah Dewi Parwati (yang sebenarnya juga rumah Bhatara Siwa) untuk mencari orang yang kepalanya bisa dipasangkan ke badan Ganesha. Ternyata setelah waktu berapa lama, tidak ada juga orang yang lewat di sana.
Ketika harapan sudah hampir pupus, tiba-tiba seekor gajah lewat. Apa boleh buat, yang ‘pertama’ lewat ternyata bukan manusia, tetapi gajah. Pengawal dengan sigap memenggal kepala gajah lalu memasangkannya ke badan Ganesha. Ganesha pun hidup kembali, walaupun dengan kepala gajah.
Apakah Ganesha kemudian marah? TIDAK. Dia tidak menyesali ibu angkatnya, walaupun ia terpancung karena menjalankan perintah ibunya itu. Ganesha juga tidak menyalahkan Bhatara Siwa yang memancung kepalanya, karena Bhatara Shiwa hanya ingin memasuki rumahnya sendiri. Apakah Ganesha menyesali keadaannya? Juga TIDAK. Dia hanya bersyukur bisa hidup kembali walaupun dengan kepala yang sudah berganti. Tidak ada dendam dan penyesalan pada diri Ganesha. Dia hanya ingin tetap menjadi anak yang baik dan patuh kepada orang tuanya.
Keadaan ini akhirnya membuat Ganesha di boyong ke istana Bhatara Siwa dan dijadikan pengawal kerajaan. Suatu hari dia akan mengawal Dewi Parwati dan anggota keluarga lainnya. Ketika semua naik burung Garuda, ternyata Ganesha tidak kebagian tempat dan hanya naik burung biasa. Ketika yang lain bisa berjalan-jalan sejauh mungkin, Ganesha dengan kondisi dan posisinya hanya bisa berputar-putar di sekeliling istana. Semua itu dijalani Ganesha tetap dengan tawa dan ceria, tanpa harus merasa rendah diri. Wajahnya memang telah berubah menjadi si buruk rupa, tapi tidak hatinya. Ia tetap bekerja dan melaksanakan setiap tugasnya dengan sungguh-sungguh dan membantu setiap orang yang membutuhkannya.
Akhirnya hati Bhatara Siwa pun luluh dan bersabda: “Ganesha, selama hidupmu, dimanapun kau berada, kamu akan selalu bermanfaat bagi orang-orang yang ada di sekeliling kamu!”
pelajaran hidup yang  dapat kita petik dari kisah si Ganesha ini, antara lain:
1) Cerita Ganesha mengajarkan kita agar teguh memegang amanah. Lihatlah betapa Ganesha yang sudah berjanji untuk melaksanakan perintah ibu (angkat)nya, benar-benar teguh dan bertanggung jawab sekalipun ia harus kehilangan kepalanya.
2) Cerita Ganesha juga mengingatkan kita agar jangan cepat mengambil keputusan atau bertindak ketika pikiran dan perasaan masih sedang diliputi emosi. Lihatlah Bhatara Shiwa yang akhirnya juga menyesal karena terlanjur memenggal kepala si Ganesha.
3) Kita diingatkan agar tidak mudah menyalahkan orang lain ataupun berburuk sangka atas apa yang menimpa diri kita. Ganesha tidak pernah menyesali Dewi Parwati yang telah membuat kepalanya terpancung, dan juga tidak menyalahkan Bhatara Shiwa yang memancung kepalanya.
4) Ganesha juga mampu membuang jauh-jauh rasa dendam dalam hatinya atas apa yang telah terjadi dan menimpa dirinya.
5) Ganesha bekerja tanpa pamrih, walaupun fasilitas yang diterima kadang-kadang kurang sesuai dengan yang seharusnya, ia tetap bekerja sebaik-baiknya dan tidak menuntut macam-macam.
6) Ganesha boleh saja wajahnya si buruk rupa, tapi tidak untuk hatinya.
7) Ganesha mengajarkan agar hidup itu tetap dijalankan dengan ceria dan optimisme, dan berbuat yang terbaik sesuai kemampuan kita walaupun kita punya keterbatasan, baik keterbatasan fisik, pikiran, tenaga ataupun harta.
8) Ganesha mengajarkan agar kita tidak mudah menyerah, apalagi rendah diri dengan kekurangan yang ada, tetapi justru mengoptimalkan potensi yang dimiliki, tanpa perlu merasa sombong, hebat atau benar sendiri.
9) Ganesha juga mengajarkan bagaimana menjadi orang yang selalu berbuat baik dan bermanfaat bagi orang lain, dimanapun ia berada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar